Dapat mengisap manusia ke lubang tak berdasar
Pasir  hidup adalah mekanisme paling unik alam semesta, ia mungkin 
terpendam  di pantai tepi sungai atau bahkan mungkin di halaman belakang
  sekitarnya, dengan tenang menunggu orang-orang mendekat, membuat orang
  sulit maju ataupun mundur. Pada tahun 1692, di pelabuhan Jamaika, 
pernah  terjadi pasir hidup yang terbentuk dari larutan tanah akibat 
gempa,  belakangan menyebabkan 1/3 kota hilang, dan tragedi yang 
menewaskan 2000  jiwa manusia. Danau yang tampak tenang di selatan 
Inggris, fyord atau  teluk sempit di Alaska yg indah tapi berbahaya dan 
daerah lainnya pernah  terjadi peristiwa manusia terperangkap ke dalam 
pasir hidup. Namun,  sebagian besar orang kerap tdk pernah menjumpai 
pasir hidup, apalagi  menyaksikan sendiri orang terperosok ke dalam 
pasir hidup atau  mengalaminya sendiri. Kesan orang-orang terhadap pasir
 hidup terutama  berdasarkan berbagai film yang ditontonnya. Suasana 
atau pemandangan  yang diciptakan dalam film melukiskan pasir hidup 
adalah suatu momok  yang dapat mengisap manusia ke lubang tak berdasar.
Akan larut jika permukan Quicksand terganggu
seorang  ilmuwan dari Universitas Amsterdam, Belanda yakni Daniel Bonn 
pernah  menemui seorang gembala setempat. Sang gembala menunjuk pasir 
hidup  sambil berkata pada Bonn, bahwa pernah ada unta terperosok ke 
dalam  kemudian lenyap tak berbekas.lalu segera ia melakukan 
penyelidikan  terkait setelah kembai ke negaranya. Ia membawa sampel 
pasir ke Belanda  dan menganalisis komposisinya. Setelah menemukan bahwa
 campuran tersebut  terdiri atas pasir berkualitas tinggi, tanah liat, 
dan air garam, Bonn  bersama timnya membuat tiruan pasir hisap dalam 
jumlah besar.
Ia  mengamati dan menganalisa dengan cermat puluhan film yg melukiskan  
pemandangan pasir hidup yang menelan manusia itu, dan mendapati bahwa  
gambaran yang dilukiskan film-film ini sepenuhnya salah dan keliru.  
Kemudian, di dalam laboratoriumnya, Bonn mencampurkan pasir, tanah liat 
 dan air garam, membentuk sebuah maket pasir hidup dalam ruangan kecil  
untuk diteliti. Setelah percobaan secara berulang-ulang, personel  
peneliti yang dipimpin Bonn mendapati, bahwa perlu waktu beberapa hari  
untuk membuat pasir menjadi lengket. Sebaliknya sangat mudah kalau  
hendak menghilangkan viskositasnya (sifat merekat), yakni cukup diberi  
tekanan yg pas di permukaannya. Permukaannya akan segera "larut" dengan 
 cepat jika mendapat gangguan gerak, pasir di permukaan akan menjadi  
gembur (lembek), dan pasir di lapisan yang dangkal juga akan merosot ke 
 bawah dengan cepat. Gerakan perpindahan ini membuat benda yang bergerak
  di permukaan pasir tenggelam ke bawah, kemudian seiring dengan  
meningkatnya kedalaman penenggelaman tersebut, pasir yg jatuh ke bawah  
melalui gerakan perpindahan dari lapisan atas perlahan-lahan akan  
menyatu, lalu akan menciptakan endapan yang tebal, sehingga viskositas  
atau sifat merekat pasir bertambah cepat, mencegah obyek terperosok  
lebih jauh.
Butuh kekuatan mengangkat sebuah mobil
Menurut  hasil penelitian, bahwa orang yang terperosok ke dalam pasir 
hidup  umumnya tidak bisa bergerak, densitas pasir yang meningkat 
kemudian  merekat di bagian anggota badan bawah yang terperosok dalam 
pasir hidup  tersebut, membentuk tekanan yang sangat besas pada tubuh, 
membuat kita  sangat sulit mengeluarkan tenaga. Orang yang sangat besar 
tenaganya  sekalipun juga sulit dalam waktu singkat bisa mengeluarkan 
korban yang  terperangkap dalam pasir hidup tersebut. Setelah 
dikalkulasi peneliti  terkait, bahwa untuk mengeluarkan satu kaki korban
 yg terperangkap  dengan kecepatan 1 cm/ detik saja butuh kekuatan 100 
ribu Newton, atau  kurang lebih setara dengan kekuatan mengangkat sebuah
 mobil ukuran  sedang. Kecuali dibantu dengan mobil Derek, jika tidak 
sulit sekali  mengeluarkan korban yang terperangkap dalam pasir hidup 
tersebut dalam  waktu singkat. Hasil penelitian terkait juga menunjukan,
 menurut  hitungan kekuatan ini, jika secara paksa menyeret korban, maka
 sebelum  pasir hidup "melepaskan" korban yang terperangkap, tubuh 
korban sudah  putus tertarik oleh kekuatan yang besar itu. Resiko yang 
diakibatkan  tindakan demikian jauh lebih berbahaya dibanding membiarkan
 korban tetap  berada dalam pasir hidup tersebut untuk sementara waktu.
Bagaimana menyelamatkan diri dari perangkap
Sebenarnya  sebagian besar pasir hidup tidak jauh berbeda dengan pasir 
pada  umumnya, tidak menyeramkan sebagaimana yang dilukiskan dalam film.
  Secara prinsipal, ia hanya pasir yang telah diresapi air, karena 
friksi  (gaya gesek) antar butiran pasir berkurang, sehingga menjadi 
campuran  pasir dan air setengah cair yg sulit mendukung. Pasir hidup 
biasanya  dijumpai di sekitar pantai.
Menurut Benn, bahwa hanya ada satu  keadaan pasir hidup dapat 
menenggelamkan manusia (mati tenggelam), yaitu  ketika bagian kepala 
lebih dulu masuk ke dalam, namun kemungkinan  terperosok dengan cara 
demikian sangat kecil. Orang yang terperosok ke  dalam pasir hidup hanya
 merasakan sedikit tekanan pada bagian dada, agak  sulit bernapas, tidak
 akan mengancam jiwa. Air pasang di dekat pasir  hidup barulah musuh 
yang menakutkan bagi korban yg terperangkap.
Orang-orang  keliru menafsirkan bahwa dengan menggoyangkan kaki bisa 
melonggarkan  pasir di sekitar badan, sehingga dengan demikian dapat 
membantu anggota  badan untuk keluar dari dalam pasir. Ilmuwan terkait 
menuturkan,  sebetulnya bukan begitu, gerakan demikian hanya akan 
mempercepat endapan  tanah liat, memperkuat viskositas (sifat merekat) 
pasir hidup, meronta  membabi buta hanya akan membuat korban terperosok 
lebih dalam.
Benn  mengatakan, "cara untuk terlepas dari pasir hidup tetap ada, yaitu
  korban yang terperangkap harus menggerakkan secara perlahan kedua  
kakinya, agar air dan pasir semaksimal merembes masuk ke daerah hampa,  
dengan begitu akan dapat mengurangi tekanan badan si korban, sekaligus  
membuat pasir agar perlahan-lahan menggembur. Selain itu, sang korban  
juga harus berusaha agar anggota badannya terpisah, sebab jika area  
permukaan pasir yg disentuh badan semakin besar, maka daya apung yang  
didapat akan semakin besar. Asalkan korban memiliki kesabaran yang  
cukup, dengan gerakan yang cukup tenang dan santai, maka secara perlahan
  pasti akan terbebas dari perangkap pasir hidup.
Selain itu hasil  penelitian juga mendapati, saat suatu obyek terperosok
 ke dalam pasir  hidup, kecepatan terbenamnya ditentukan oleh densitas 
obyek tersebut.  Densitas pasir hidup umumnya 2 g/milliliter, sedangkan 
densitas manusia  adalah 1g/milliliter. Di bawah densitas demikian, 
tubuh manusia yang  terbenam ke pasir hidup tidak akan mati tenggelam, 
kerap akan berhenti  sampai sebatas pinggang.
Selain itu peneliti juga mendapati,  bahwa meskipun sejumlah obyek yang 
berdensitas lebih besar dari pasir  hidup, tapi tetap bisa mengapung di 
atas pasir hidup. Dalam percobaan  terkait, mereka kemudian meletakkan 
bola aluminium yang berdensitas  2.7g/mililiter di atas permukaan pasir 
hisap. Dan meskipun densitasnya  lebih besar dari pasir hidup. Namun 
karena mendapat pengaruh daya apung  pasir hisap dan tegangan pasir, 
maka bola aluminium tetap bisa dengan  tenang berada di permukaan pasir 
hidup. Bola tersebut tidak tenggelam  hingga para peneliti menggetarkan 
pasir hisap dan membuat gerakan yang  menyebabkan campuran lebih cair. 
Ketika melakukan hal ini, bola  aluminium benar-benar seluruhnya 
tenggelam.
Namun saat  menggunakan bola aluminium yang memiliki kerapatan sama 
dengan manusia  yang berarti lebih rendah daripada kerapatan pasir 
hisap, bola tersebut  tidak pernah tenggelam walaupun campuran 
diperlakukan dengan kasar.  Jatuhnya objek ke pasir hisap menyebabkan 
pastikel pasir bercampur air  kehilangan kestabilan. Jika terus diberi 
tekanan, campuran tersebut akan  berubah menjadi lebih cair di permukaan
 dan sangat padat di dasarnya.  "Semakin besar tekanannya, semakin 
banyak cairan yang terbentuk di pasir  hisap sehingga gerakan korban 
membuatnya terperosok semakin dalam,"  kata Daniel Bonn, pemimpin 
penelitian dari University of Amsterdam  sebagaimana ditulis dalam 
jurnal Nature edisi 29 September.
Berdasarkan  pengukuran terhadap peralatan aluminium ini, meningkatkan 
tekanan fisik  ke partikel sebesar 1 persen menyebabkan kecepatan 
tenggelamnya naik  sejuta kali. Bonn menambahkan bahwa menarik benda 
dari pasir pada tahap  ini membutuhkan kekuatan setara mengangkat mobil 
berukuran menengah.
Sabar dan tenang
"Yg  paling berbahaya adalah apabila pasir hisap cenderung menarik 
dengan  cepat," katanya. Tapi, kesabaran dapat menyelamatkan Anda. Jika 
ditunggu  dengan sabar, partikel pasir lambat laun akan stabil sehingga 
daya  apung campuran tersebut akan mengangkat Anda ke atas.
Kami  mengetahui bahwa lapisan pasir di bawahnya lebih rapat sedangkan 
air  lebih banyak di lapisan atas. Lapisan pasir yang sangat pekat di 
bawah  sangat sedikit mengandung air sehingga sulit melepas kaki yang  
terperosok ke dalamnya," lanjut Bonn. Sarannya, tetaplah tenang dan  
biasanya Anda akan terapung. Luruskan punggung Anda untuk memperluas  
area yang bebas dan tunggu hingga kaki bebas dari pasir. Bonn juga  
menyarankan agar kaki bergerak untuk mengendalikan air sehingga Anda  
terapung. "Anda harus memasukkan air ke dalam pasir dan cara yang paling
  mudah adalah memutar-mutar sekitar kaki di dalam pasir hisap,"  
tambahnya.
Saran tersebut kemungkinan besar benar. Buktinya, bola  aluminium kedua 
dalam percobaan ini tidak tenggelam lebih dari setengah  bagian. 
Meskipun bola tersebut hanya empat milimeter diameternya,  kerapatannya 
sama dengan manusia sehingga bisa digunakan sebagai model  manusia.
14:38
0 Response to "Fakta Tentang Pasir Hisap"
Post a Comment